Bagaimana Cara Mengembangkan Sikap Apresiatif Dalam Menghayati Kaya Sastra?

Bagaimana Cara Mengembangkan Sikap Apresiatif Dalam Menghayati Kaya Sastra?Apresiasi sastra adalah memberikan penilaian terhadap karya sastra. Jika anda mengapresiasikan sebuah karya sastra, maka anda melakukan kegiatan pengamatan, penilaian, dan memberikan penghargaan terhadap karya sastra tersebut.

Kaya sastra tidak hanya memberikan hiburan dan pengalaman semata, namun juga berbagai pengetahuan seperti sosiologi, psikologi, pendidikan, filsafat, agama, ekonomi, politik, moral dan masih banyak lagi. Semua pengetahuan itu dapat ditemukan dalam sebuah karya sastra jika pembaca mampu mengapresiasi karya itu secara tepat.

Tidak semua orang mampu melakukan apresiasi sastra dengan baik. Hal itu terjadi karena masing-masing orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap karya sastra. Demikian pula ketika mengapresiasi teenlit, masing-masing siswa mempunyai asumsi sendiri.

Ada beberapa bekal awal yang harus dimiliki oleh seorang calon apresiator, dalam hal ini siswa, yaitu:

(a) kepekaan emosi atau perasaan sehingga mampi memahami dan menikmati unsur-unsur keindahan yang terdapat dalam ciptasastra,

PELAJARI:  Paradigma Teks Anekdot

(b) pemilikan pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan kemanusiaan,

(c) pemahaman terhadap aspek kebahasaan,

(d) pemahaman terhadap unsur-unsur intrinsik cipta sastra.

Dalam mengapresiasi karya sastra pada umumnya, hendaknya mempunyai sikap-sikap sebagai berikut:

(1) bersikap terbuka, tanpa prasangka; dan

(2) memandang karya sastra sebagai subjek. Dengan demikian, kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung pada gilirannya akan ikut berperan dalam mengembangkan kemampuan siswa jika bahan bacaan yang ditelaahnya itu memiliki relevansi dengan kegiatan apresiasi.

Apresiasi sastra sebenarnya bukan merupakan konsep abstrak yang tidak pernah terwujud dalam tingkah laku, melainkan merupakan pengertian yang di dalamnya menyiratkan adanya suatu kegiatan yang harus terwujud secara konkret. Perilaku tersebut dalam hal ini dapat dibedakan antara perilaku kegiatan secara langsung dan kegiatan perilaku secara tidak langsung.

Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan membaca atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara langsung. Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung dapat terwujud dalam perilaku membaca, memahami, menikmati, serta mengevaluasi teks sastra, baik yang berupa cerpen, novel, roman, naskah drama, maupun teks sastra berupa puisi.

PELAJARI:  Sebutkan 5 Kata Konjungsi Korelatif Beserta Kalimatnya!

Kegiatan langsung yang terwujud dalam kegiatan mengapresiasi sastra pada performansi, misalnya saat Anda melihat, mengenal, memahami, menikmati, ataupun memberikan penilaian pada kegiatan membaca puisi, cerpen, pementasan drama, baik di radio, televisi, maupun pementasan di panggung terbuka.

Kedua bentuk kegiatan itu dalam hal ini perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berulang kali, sehingga dapat melatih dan mengembangkan kepekaan pikiran dan perasaan dalam rangka mengapresiasi suatu cipta sastra, baik yang dipaparkan lewat media tulisan, lisan, maupun visual.

Kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung dapat ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berhubungan dengan kesastraan, baik di majalah maupun koran, mempelajari buku-buku maupun esai yang membahas dan memberikan penilaian terhadap suatu karya sastra serta mempelajari sejarah sastra.

PELAJARI:  Sebutkan Kesalahan-Kesalahan yang Sering Terjadi Dalam Sebuah Laporan Hasil Observasi!

Kegiatan itu disebut sebagai kegiatan apresiasi secara tidak langsung karena kegiatan tersebut nilai akhirnya bukan hanya mengembangkan pengetahuan seseorang tentang sastra, melainkan juga akan meningkatkan kemampuan dalam rangka mengapresiasi suatu cipta sastra.

Dengan demikian, kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung itu pada gilirannya akan ikut berperan dalam mengembangkan kemampuan apresiasi sastra jika bahan bacaan tentang sastra yang telah ditelaahnya itu memiliki relevansi dengan kegiatan apresiasi sastra.

Misalnya membaca masalah minat baca sastra murid, kemampuan apresiasi sastra masyarakat Indonesia atau mungkin artikel tentang pengajaran sastra di sekolah. Meskipun pembahasan itu sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan, pembahasan itu sedikit sekali peranannya atau bahkan tidak berperan dalam mengembangkan kemampuan apresiasi.

Dalam hal demikian, pembaca tidak melaksanakan kegiatan apresiasi secara langsung maupun tidak langsung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *