Kerajaan Gowa
Menurut buku sastra I-Lagaligo (cerita Bugis Kuno), disebut bahwa isteri ke-3 I-Lagaligo Topadammani Opunna Cina atau Tanah Ugi bernama Karaeng Tompo Daeng Mallino To Mangkasa, Datunna Sunra Riaja. To Mangkasa (orang Makassar) adalah sebutan orang Bugis untuk orang Makassar. Karaeng Tompo Daeng Mallino adalah kemanakan raja Ajatasi’ atau Sunra Riaja bernama Nyili’na Iyo, dengan pusat kerajaan di Gosabare.
Dalam lontara diterangkan bahwa sebelum kerajaan Gowa terbentuk ada 4 raja yang memerintah atas negeri-negeri yaitu: Tombolo, Lakiung, Saumata, Parang-parang, Data’, Agang Je’ne, Bisei, Kalling, dan Sero. Kesembilan negeri ini membentuk federasi yang diketuai seorang pejabat digelar Paccallaya.
Kerajaan Gowa baru berdiri kira-kira tahun 1300 Masehi dengan pusat kerajaan terletak di atas bukit Takka’bassia yang kemudian disebut Tamalate. Menurut cerita, Tamalate artinya “tidak layu”, adalah nama Istana raja Gowa yang dibangun dari satu pohon kayu, sampai dengan selesainya pembangunan istana tersebut dahan dan daun dari pohon itu tidak layu, sehingga Istana raja Gowa ini diberi nama Tammalate atau Tamalate.
Kerajaan Bone
Kerajaan Bone terbentuk pada awal abad ke XIV atau pada tahun 1330, namun sebelum Kerajaan Bone terbentuk, sudah ada kelompok-kelompok dan pemimpinnya digelar Matoa.
Dengan datangnya TO MANURUNG Mata Silompo’E, maka terjadilah penggabungan kelompok-kelompok tersebut, termasuk Cina, Barebbo, Awangpone dan Palakka.
Pada saat pengangkatan TO MANURUNG Mata Silompo’E, menjadi Raja Bone, Rakyat Bone bersumpah sebagai pertanda kesetiaan Rakyat kepada Raja, sekaligus sebagai pencerminan sifat Pemerintahan Kerajaan diawal berdirinya.