Angkatan 45
Angkatan 45 diperkenalkan oleh Rosihin Anwar di sebuah majalah sastra Siasat pada tahun 1950. Angkatan ini lebih populer dengan angkatan Chairil Anwar karena beliau sangat gigih memperjuangkan sastra pada saat itu.
Selain itu, juga sering disebut angkatan Kemerdekaan karena lahir bertepatan dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Angkatan ini mempunyai ciri khas, yaitu bebas dari aturan, individualis, universalistik, realistik, dan futuristik.
Hasil Karya yang terkenal dari angkatan 45 ini di antaranya:
1. Deru Campur Debu (Chairil Anwar)
2. Atheis (Achdiat Miharja)
3. Dari Ave Maria ke Jalan Lain di Roma (Idrus)
4. Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay (H.B Jassin), dan lain-lain.
Angkatan 66
Angkatan 66 hampir sama dengan angkatan sebelumnya yang lahir sekitar tahun enam puluhan. Angkatan 66 ini dikemukakan oleh H. B Jassin dan mengangkat Taufik Ismail sebagai pelopronya.
Angkatan ini lahir di tengah-tengah kekacauan bangsa Indonesia yang sedang menata kehidupannya setelah kemerdekaan.
Sebagian besar karya angkatan 66 ini berisikan tentang proses terhadap keadaan yang kacau dalam kehidupan bermasyarakat.
Hasil Karya yang terkenal dari angkatan 66 ini, di antaranya:
1. Tirani dan Benteng (Taufik Ismail),
2. Pahlawan Tak Dikenal (Toto Sudarto Bachtiar),
3. Balada Orang-Orang Tercinta (W.S. Rendra),
4. Malam Jahannam (Motinggo Busye), dan
5. Kapal-Kapal (Arifin C. Noer).